Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Samarinda Kota Periode 2022 - 2024 /
Elias Fransiskus Pardosi
text
Samarinda : Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman,
2025
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu parameter yang dapat
mencerminkan status gizi dan mempengaruhi keberhasilan pengobatan tuberkulosis
paru. Perubahan IMT selama terapi TB dapat menjadi indikator respons terapi
penderita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan IMT pada
penderita TB paru serta menilai hubungan antara IMT awal pengobatan, IMT akhir
fase intensif, dan perubahan IMT dengan keberhasilan terapi di Puskesmas
Samarinda Kota. Nilai IMT diambil dari tiga titik waktu yaitu pada awal
pengobatan, akhir fase intensif, dan akhir pengobatan. Penelitian ini merupakan
studi observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian
adalah penderita TB paru yang telah menyelesaikan pengobatan terapi standar
periode tahun 2022-2024. Jumlah sampel sebanyak 81 orang yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Hasil analisis menggunakan uji Repeat
Measure ANOVA didapatkan nilai p=0,000 pada pasien yang tidak berhasil dan
p=0,000 pada pasien yang berhasil. Selain itu, hasil analisis Binary Logistic
Regression didapatkan nilai OR=10,07; 95% CI=2,020 – 50,224; p=0,005 untuk
IMT pada awal pengobatan, OR=0,085; 95% CI=0,17 – 0,424; p=0,003 untuk IMT
pada akhir fase intensif, dan OR=0,084; 95% CI=0,017 – 0,416; p=0,002 untuk
perubahan IMT dari awal pengobatan hingga akhir fase intensif. Disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata IMT yang signifikan pada penderita TB paru
dengan hasil pengobatan yang berhasil dan tidak berhasil. Selain itu, terdapat
hubungan yang signifikan antara IMT pada awal pengobatan, IMT pada akhir fase
intensif, dan perubahan IMT dari awal pengobatan hingga akhir fase intensif dengan
keberhasilan pengobatan TB paru.
Indeks Massa Tubuh, Tuberkulosis Paru, Keberhasilan Pengobatan